Rabu, 26 Agustus 2015
Selasa, 14 Juli 2015
Sejarah Rendang yang mendunia.
Hampir semua orang yang tinggal di Indonesia mengetahui apa itu
rendang, mengingat banyaknya jumlah rumah makan Padang yang tersebar di
seluruh Nusantara. Tapi apakah ada di antara kita yag tahu tentang sejarah makanan khas Padang ini? Rendang merupakan makanan tradisional
dari daerah Sumatera Barat, tepatnya Minangkabau, yang terbuat dari daging sapi
diselimuti dengan racikan bumbu yang pedas.
# Sejarah Rendang.
Rendang merupakan masakan yang kaya rempah dengan daging sebagai
bahan dasarnya. Rendang juga menggunakan karambia (santan kelapa) dan campuran
bumbu khas yang dihaluskan seperti cabai, lengkuas, jahe, kunyit, bawang, dan
bumbu-bumbu lainnya. Keunikan rendang adalah bumbu alami yang digunakan
memiliki sifat antiseptik, sehingga bisa berguna sebagai pengawet alami. Bumbu
lain juga diketahui punya aktivitas antimikroba yang kuat, dan tidak heran jika
rendang bisa bertahan berbulan-bulan. Untuk pemasakan rendang hingga kuah
benar-benar kering, prosesnya akan menghabiskan waktu sekitar delapan jam.
Penelusuran tentang sejarah rendang akan membawa kita ke salah
satu daerah di Sumatera bagian barat, yaitu Minangkabau. Bagi masyarakat
Minang, rendang sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan kuliner mereka
sejak jaman nenek moyang mereka. Untuk sejarah kapan pertama kali rendang
diciptakan sendiri, sayangnya tidak banyak bukti tertulis yang dapat ditemukan.
Salah satu dugaan yang muncul di kalangan para peneliti adalah bahwa panganan
ini telah muncul sejak orang Minang mengadakan acara adat mereka untuk pertama
kalinya. Awal mula sejarah masakan rendang khas Padang ini
terdengar dimana-mana mungkin terjadi karena seni memasak ini terus berkembang
dari Riau, Mandailing, Jambi, bahkan hingga ke Negeri Sembilan yang merupakan
negara bagian federasi Malaysia karena perantau Minang yang tinggal di sana.
Catatan tentang rendang sebagai makanan tradisional dari daerah Minangkabau ditemukan pada awal abad ke-19, namun Gusti Anan, seorang sejarawan
dari Universitas Andalas di Padang memiliki dugaan bahwa rendang sudah mulai
muncul sejak abad ke-16. Hal ini ia simpulkan dari catatan literatur abad ke-19
dimana tertulis bahwa masyarakat Minang darat sering bepergian menuju Selat
Malaka hingga Singapura. Perjalanan tersebut mereka lalui dengan jalur air dan
bisa memakan waktu kurang lebih sekitar satu bulan. Mengingat tidak adanya
perkampungan di sepanjang perjalanan itu, para perantau ini pasti sudah
menyiapkan bekal makanan yang akan tahan hingga waktu yang lama, dan makanan itu
adalah rendang. Gusti juga menduga bahwa pembukaan kampung baru di pantai timur
Sumatera hingga Singapura, Malaka, dan Malaysia oleh masyarakat Minang pada
abad ke-16 juga sudah mengikutsertakan rendang sebagai makanan mereka karena
perjalanan tersebut butuh waktu berbulan-bulan.
Selain dari catatan sejarah, sejarah masakan rendang khas
Padang juga dapat ditemukan dalam catatan harian Kolonel Stuers yang
pada tahun 1827 menulis tentang kuliner dan sastra. Di dalam catatan tersebut
sering kali muncul secara implisit deskripsi kuliner yang diduga mengarah pada
rendang dan tertulis istilah makanan yang dihitamkan dan dihanguskan. Hal ini,
menurut Gusti, adalah salah satu metode pengawetan yang biasa dilakukan oleh
masyarakat minang. Rendang sendiri berasal dari kata “merandang,” yaitu untuk
memasak santan hingga kering secara perlahan hal ini cocok dengan rendang yang
memang butuh waktu lama untuk dimasak hingga kuahnya kering.
Sejarah rendang juga tidak lepas dengan kedatangan orang-orang
dari Arab dan India di kawasan pantai barat Sumatera. Dipercaya bahwa pada abad
ke-14, sudah banyak orang-orang India yang tinggal di daerah Minang, dan bumbu
serta rempah-rempah sudah diperkenalkan oleh orang-orang tersebut. Ada juga
dugaan yang mengatakan bahwa masakan kari yang sudah menjadi makanan khas India
dan diperkenalkan pada abad ke-15 di daerah Minang merupakan dasar dari rendang
itu sendiri. Hal ini sangat mungkin mengingat adanya kontrak perdagangan dengan
India pada masa itu. Ahli waris tahta kerajaan Paguruyung juga membuka adanya
kemungkinan bahwa rendang merupakan kari yang diproses lebih lanjut. Yang
membuatnya berbeda adalah rendang memiliki sifat yang lebih kering, sehingga
bisa jauh lebih awet jika dibandingkan dengan kari.
Masakan rendang khas Padang tetap tidak mati hingga sekarang,
bahkan menjadi semakin terkenal dengan menjamurnya warung makan Padang di
setiap sudut kota di Nusantara. Meski dikenal dengan bentuknya yang terbuat
dari daging, ternyata banyak juga variasi rendang lainnya seperti rendang ayam,
bebek, hati, telur, paru, dan ikan tongkol. Selain itu ada juga rendang suir
yang berasal dari Payakumbuh. Yang membedakan rendang suir dengan rendang biasa
adalah daging ayam atau sapi yang digunakan, serat dagingnya akan disuir
kecil-kecil.
# Filosofi Di Balik Rendang.
Makanan rendang khas Padang sebagai masakan tradisional memiliki
posisi yang terhormat dalam hidup bermasyarakat di Minangkabau. Hal ini
dikarenakan bahan-bahan pembuat rendang memiliki makna sendiri-sendiri. Bahan
pertama yaitu dagiang atau daging sapi yang juga merupakan bahan utama
melambangkan niniak mamak dan bundo kanduang, dimana mereka akan memberi
kemakmuran pada anak pisang dan anak kemenakan. Bahan kedua adalah karambia
atau kelapa, yang melambangkan kaum intelektual atau yang dalam bahasa Minang
disebut Cadiak Pandai, dimana mereka merekatkan kebersamaan kelompok maupun
individu. Yang ketiga adalah Lado atau sambal sebagai lambang alim ulama yang
tegas dan pedas dalam mengajarkan agama. Bahan terakhir adalah pemasak atau
bumbu, yang melambangkan setiap individu dimana masing-masing individu memiliki
peran sendiri-sendiri untuk memajukan hidup berkelompok dan adalah unsur
terpenting dalam hidup bermasyarakat masyarakat Minang.
Sekian informasi singkat mengenai sejarah rendang khas Padang yang
mendunia, semoga dapat menambah pengetahuan teman-teman semua mengenai sejarah
masakan traditional yang ada di Indonesia. Dan jangan lupa berkunjung ke Rumah
Makan Dua Saudara untuk menikmati Rendang Khas Padang yang terkenal
kelezatannya.
Masakan Padang memang tiada duanya. Tidak ada yang lebih nikmat dari sajian rendang di atas nasi pulen dilengkapi dengan sambal hijau. mak nyus! Bahkan kelezatan rendang telah diakui oleh dunia dengan terpilihnya rendang sebagai makanan paling enak berdasarkan CNNGo. Apalagi jika anda menikmati masakan padang di Rumah Makan Dua Saudara. Mau tau apa saja kelebihan masakan Padang di Rumah Makan Dua Saudara? Simak bacaannya dibawah ini:
1. Porsi besar
Salah satu kelebihan menyantap masakan Padang adalah porsinya yang cukup banyak, khususnya bila Anda memesan untuk dibungkus atau dibawa pulang; porsi nasi yang diberikan biasanya cukup banyak sehingga dapat dimakan berdua. Dengan porsinya yang cukup banyak, nasi bungkus Padang merupakan pilihan yang cukup hemat sekaligus mengenyangkan.
2. Mudah didapatkan
Tidak perlu jauh-jauh ke Padang untuk menyantap makanan Padang. Rumah Makan Dua Saudara tersebar di berbagai penjuru Bandar Lampung sehingga amat mudah didapatkan.
3. Kaya nutrisi
Sajian yang ada di dalam satu porsi masakan Padang Rumah Makan Dua Saudara dapat dikatakan hampir lengkap kandungan nutrisinya. Terdapat karbohidrat dari nasi, protein dari lauk-pauk seperti rendang atau ayam pedas, dan serat dari sayur daun singkong. Sehingga, satu porsi masakan Padang sudah mencukupi banyak kebutuhan nutrisi tubuh.
4. Menggugah Selera
Sudah tentu kelebihan pertama dari masakan padang Rumah Makan Dua Saudara adalah rasanya yang lezat dan menggugah selera. Masakan padang memiliki cita rasa yang tinggi, karena menggunakan berbagai jenis rempah sehingga rasanya kuat dan khas. Sangking lezatnya menyantap kuah masakan padang dengan nasi putih sudah terasa nikmat, bukan ?
Selamat berkunjung ke Rumah Makan Dua Saudara.....
H. Fidyan Fuad, Berbekal Konsep Matang
Modal membuka bisnis baru tak selamanya harus uang. Bagi H. Fidyan Fuad (42 tahun), justru modal utamanya pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman selama 17 tahun berkecimpung di bisnis kuliner. Jadi, ia menguasai betul bisnis itu.Ketika tekadnya berbisnis sudah bulat, Pak Haji Fuad--rekan-rekannya biasa memanggil-- rela menjual sepeda motornya dan juga meminjam uang dari saudara untuk modal. Dengan Rp6 juta, pada 2007 ia membuka Rumah Makan (RM) Dua Saudara di Kemiling, Kota Bandarlampung di atas lahan sewa dan bangunan sederhana.
Saat itu baru ada tiga karyawan.Namun, ia punya konsep matang. Ia telah mengkaji kelemahan bisnis rumah makan di Bandarlampung, mulai citarasa, penampilan ruangan, hingga metode pemasaran. Maklum, ia menapaki karir dari petugas cleaning service, juru masak, pramusaji hingga manajer rumah makan besar.Di RM Dua Saudara, untuk citarasa ia menerapkan konsep memperkuat pemanfaatan bumbu rempah. Soal harga, ia melakukan revolusi. Jika selama ini keuntungan rata-rata rumah makan 100%, Fuad menurunkannya hingga 30% saja. “Rasa bintang lima, harga kaki lima,” kilahnya.
Penampilan ruangan diusahakan lebih meriah dengan pemilihan warna kuning terang. Untuk menggali kesan etnik, ia membuat meja panjang lengkap dengan bangku panjangnya.Dalam pemasaran, ia menjemput bola. Ia mengangkat tenaga pemasaran yang menawarkan makanan ke kantor-kantor. “Jika selama ini karyawan keluar kantor untuk makan siang, maka saya antar makanannya sehingga hemat waktu dan biaya, “ungkap ayah lima anak ini.Responsnya positif, hanya dalam empat tahun ia berhasil membuka 14 gerai di Kota Bandarlampung dan Kabupaten Pringsewu.
Makanan unggulan di resto itu adalah ayam goreng panas.Ia juga mengembangkan makanan lain berbahan baku ayam, yakni soto Haji Fuad. Jika selama ini soto padang berbahan baku daging dendeng, ia menggantinya dengan ayam goreng sehingga yang berpantang daging sapi tetap menyukainya.Bahkan, sejak 2010, ia pun menjajakan pecel lele. Bila citra pecel lele adalah warung tenda dan buka malam hari, ia mengubahnya menjadi alternatif untuk makan siang dengan tempat lebih mewah tapi dengan harga tetap murah. Tak heran, gerainya tumbuh jadi lima. Toh makanan unggulannya tetap ayam bakar dan goreng.Ayam bakar dan gorengnya laris karena sebelumnya direbus dengan berbagai macam rempah sehingga bau amis ayam hilang. Lalu untuk sambalnya, cabai dan terasinya dari bahan baku pilihan.
Dengan berbagai kiat ini, Fuad menghabiskan 1.300-1.400 ekor ayam ras/hari dan mempekerjakan 350 karyawan.Fuad menjaga betul standar bahan baku, standar citarasa, standar pelayanan, dan standar harga. Untuk standar bahan baku dan citarasa misalnya, ia melakukan pembelian bahan baku satu pintu dan pembuatan bumbu di satu lokasi.Meski mungkin sudah jadi pebisnis kuliner besar di Kota Bandarlampung, ia masih punya obsesi membuka resto untuk pelanggan menengah ke atas. “Saya yakin pelanggan ingin makan di tempat mewah tapi tak menguras kantong,” ungkapnya.
Jangan Lupa Berkunjung........
Ke Rumah Makan Dua Saudara .........
Dan Nikmati Kelezatannya ...........
Masakan Padang memang tiada duanya. Tidak ada yang lebih nikmat dari sajian rendang di atas nasi pulen dilengkapi dengan sambal hijau. mak nyus! Bahkan kelezatan rendang telah diakui oleh dunia dengan terpilihnya rendang sebagai makanan paling enak berdasarkan CNNGo. Apalagi jika anda menikmati masakan padang di Rumah Makan Dua Saudara. Mau tau apa saja kelebihan masakan Padang di Rumah Makan Dua Saudara? Simak bacaannya dibawah ini:
1. Porsi besar
Salah satu kelebihan menyantap masakan Padang adalah porsinya yang cukup banyak, khususnya bila Anda memesan untuk dibungkus atau dibawa pulang; porsi nasi yang diberikan biasanya cukup banyak sehingga dapat dimakan berdua. Dengan porsinya yang cukup banyak, nasi bungkus Padang merupakan pilihan yang cukup hemat sekaligus mengenyangkan.
2. Mudah didapatkan
Tidak perlu jauh-jauh ke Padang untuk menyantap makanan Padang. Rumah Makan Dua Saudara tersebar di berbagai penjuru Bandar Lampung sehingga amat mudah didapatkan.
3. Kaya nutrisi
Sajian yang ada di dalam satu porsi masakan Padang Rumah Makan Dua Saudara dapat dikatakan hampir lengkap kandungan nutrisinya. Terdapat karbohidrat dari nasi, protein dari lauk-pauk seperti rendang atau ayam pedas, dan serat dari sayur daun singkong. Sehingga, satu porsi masakan Padang sudah mencukupi banyak kebutuhan nutrisi tubuh.
4. Menggugah Selera
Sudah tentu kelebihan pertama dari masakan padang Rumah Makan Dua Saudara adalah rasanya yang lezat dan menggugah selera. Masakan padang memiliki cita rasa yang tinggi, karena menggunakan berbagai jenis rempah sehingga rasanya kuat dan khas. Sangking lezatnya menyantap kuah masakan padang dengan nasi putih sudah terasa nikmat, bukan ?
Selamat berkunjung ke Rumah Makan Dua Saudara.....
H. Fidyan Fuad, Berbekal Konsep Matang
Modal membuka bisnis baru tak selamanya harus uang. Bagi H. Fidyan Fuad (42 tahun), justru modal utamanya pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman selama 17 tahun berkecimpung di bisnis kuliner. Jadi, ia menguasai betul bisnis itu.Ketika tekadnya berbisnis sudah bulat, Pak Haji Fuad--rekan-rekannya biasa memanggil-- rela menjual sepeda motornya dan juga meminjam uang dari saudara untuk modal. Dengan Rp6 juta, pada 2007 ia membuka Rumah Makan (RM) Dua Saudara di Kemiling, Kota Bandarlampung di atas lahan sewa dan bangunan sederhana.
Saat itu baru ada tiga karyawan.Namun, ia punya konsep matang. Ia telah mengkaji kelemahan bisnis rumah makan di Bandarlampung, mulai citarasa, penampilan ruangan, hingga metode pemasaran. Maklum, ia menapaki karir dari petugas cleaning service, juru masak, pramusaji hingga manajer rumah makan besar.Di RM Dua Saudara, untuk citarasa ia menerapkan konsep memperkuat pemanfaatan bumbu rempah. Soal harga, ia melakukan revolusi. Jika selama ini keuntungan rata-rata rumah makan 100%, Fuad menurunkannya hingga 30% saja. “Rasa bintang lima, harga kaki lima,” kilahnya.
Penampilan ruangan diusahakan lebih meriah dengan pemilihan warna kuning terang. Untuk menggali kesan etnik, ia membuat meja panjang lengkap dengan bangku panjangnya.Dalam pemasaran, ia menjemput bola. Ia mengangkat tenaga pemasaran yang menawarkan makanan ke kantor-kantor. “Jika selama ini karyawan keluar kantor untuk makan siang, maka saya antar makanannya sehingga hemat waktu dan biaya, “ungkap ayah lima anak ini.Responsnya positif, hanya dalam empat tahun ia berhasil membuka 14 gerai di Kota Bandarlampung dan Kabupaten Pringsewu.
Makanan unggulan di resto itu adalah ayam goreng panas.Ia juga mengembangkan makanan lain berbahan baku ayam, yakni soto Haji Fuad. Jika selama ini soto padang berbahan baku daging dendeng, ia menggantinya dengan ayam goreng sehingga yang berpantang daging sapi tetap menyukainya.Bahkan, sejak 2010, ia pun menjajakan pecel lele. Bila citra pecel lele adalah warung tenda dan buka malam hari, ia mengubahnya menjadi alternatif untuk makan siang dengan tempat lebih mewah tapi dengan harga tetap murah. Tak heran, gerainya tumbuh jadi lima. Toh makanan unggulannya tetap ayam bakar dan goreng.Ayam bakar dan gorengnya laris karena sebelumnya direbus dengan berbagai macam rempah sehingga bau amis ayam hilang. Lalu untuk sambalnya, cabai dan terasinya dari bahan baku pilihan.
Dengan berbagai kiat ini, Fuad menghabiskan 1.300-1.400 ekor ayam ras/hari dan mempekerjakan 350 karyawan.Fuad menjaga betul standar bahan baku, standar citarasa, standar pelayanan, dan standar harga. Untuk standar bahan baku dan citarasa misalnya, ia melakukan pembelian bahan baku satu pintu dan pembuatan bumbu di satu lokasi.Meski mungkin sudah jadi pebisnis kuliner besar di Kota Bandarlampung, ia masih punya obsesi membuka resto untuk pelanggan menengah ke atas. “Saya yakin pelanggan ingin makan di tempat mewah tapi tak menguras kantong,” ungkapnya.
Jangan Lupa Berkunjung........
Ke Rumah Makan Dua Saudara .........
Dan Nikmati Kelezatannya ...........
Jumat, 10 Juli 2015
Langganan:
Postingan (Atom)